Udah beberapa hari ini gue sama Hafidz mengadakan sebuah penelitian. Dari hasil penelitian yang kita lakukan, dan atas pengalaman kami selama study tour di Bali, kami menyatakan bahwa "Toilet umum yang bayar itu merugikan".
Dari hasil pengamatan kami selama di Bali, kerugian yang dikarenakan toilet umum yang bayarnya hampir sama dengan beli pecel adalah uang saku berkurang tanpa terasa, setiap mau kencing atau buang air besar kita harus bayar. Belum lagi kalau nanti di pantai, bahkan untuk mandi bayarnya Rp.10ribu. Gue berpikiran bahwa disana air memang langka, sehingga untuk pengelolaannya aja butuh banyak duit.
Nah, beberapa hari ini gue juga melakukan penelitian di alun-alun Bojonegoro. Dan hasilnya lebih mencengangkan. Padahal toilet umum di Bojonegoro cuma harus bayar seribu rupiah, tapi dampaknya juga mencengangkan. Ada bapak-bapak yang sengaja pipis di pohon, ada lagi yang pipis di tempat sampah yang ada di pohon, ada juga bapak-bapak yang sengaja nyuruh anaknya pipis di depan air mancur. Di depan gue dan Hafidz lagi.
Mungkin sekarang ini orang-orang banyak yang mirip sama anjing. Hampir semua pohon ditandai oleh air kencing. Mungkin mereka ingin memberitahukan pada dunia kalau pohon itu adalah daerah kekuasaannya.
Tapi, jika dipikir-pikir lagi. Urine yang mengandung urea itu dapat mempersubur tumbuhan. Nah, mungkin dengan cara kencing sembarangan, kita bisa membantu agenda pemerintah yaitu "Tanam 1 milyar pohon". Pohon-pohon yang udah ditanam itu kalau tanahnya dikencingi terus dengan hinanya pasti akan subur.
Yah, mungkin ada kekurangan dan kelebihannya. Itu semua kembali kepada individu masing-masing. Kencing tak harus bingung.
No comments:
Post a Comment