Hai guys, lama gue gk ngepost. Udah
hampir berbulan-bulan gue gk buka blog gue. Tapi, bukan berarti gue gak nulis.
Gue selalu nulis hampir tiap hari, tapi yang gue tulis adalah rumus dan
tugas-tugas. Mungkin kalau kaya’ gini terus, gue bakalan jadi Einstein KW 100.
Btw, gue terakhir kali ngepost
tentang jomblo. Gue rasa gue gak akan ngelanjutin post tersebut. Karena gue
yakin, everyone get sick of that. Jadi,
setelah berhari-hari bertapa di dalem toilet. Gue nemuin sebuah topik yang
lumayan disturbing hidup gue dan
temen gue. Topiknya adalah “Rambut Panjang”. Hingga hari ini, yang namanya
rambut panjang dikalangan pelajar itu masih termasuk hal yang sakral. Tiap
panjang dikit, pasti sekolah udah nyuruh motong rambut gue. Parahnya, beberapa
guru menyebut rambut gue mirip sama bulu ketek. Gue percaya rambut gue ikal dan
awut-awutan, tapi rambut gue gak sebau bulu ketek. Apa sih yang sebenernya
dipermasalahkan? Kerapian? mending rambut gondrong tapi berpakain rapi. Dari
pada rambut ala jamur dipotong terus bajunya awut-awutan. Rambut panjang itu
kalau rapi juga pasti rapi, bisa dibikin style ini-itu. Hidup jadi gak monoton
kan men. Loe semua bisa ganti gaya rambut sesuka loe tiap hari.
Sayangnya, di tangan
yang salah, rambut panjang
disalahgunakan. Banyak anak-anak sekolah yang jadi berandalan dan rambutnya
panjang. Mereka mulai buat onar dengan style rambut panjangnya. Tiap rambut
panjang dikit, poninya udah pasti dimiringin dikit ke kanan ataupun ke kiri.
Mereka berpenampilan layaknya abis berantem lawan HULK. Udah gak berbentuk
pelajar lagi deh pokoknya. Rambutnya yang panjang tuh biasa di buat nutupin
headset kalau lagi pelajaran. Bahkan, ada yang rambutnya nutupin face mereka. Eh, tapi boleh juga sih,
daripada wajah mereka yg udah gak karuan. Mending ditutupin rambut donk.
Mungkin itu sebabnya beberapa guru disekolah selalu mendeklarasikan kalau anak
yang rambutnya panjang itu pasti berandalan dan suka buat onar. Please,
layaknya pepohonan yang tumbuh di tanah. Apakah kalian tega memotongnya? Mencabik-cabiknya
dengan alat pencukur. Oh my god, kalau di hutan ada harimau dll. Didalam
rambut juga ada kehidupan. Beberapa kutu
hidup disana. (Jujur, setelah gue baca lagi tulisan gue ini. Gue ngaca dan gue
ke salon Cuma untuk meriksa adakah kutu dirambut gue. Kalau sampe ada, gue
bakal potong gundul).
In this modern era, gue rasa gak ada salahnya kita sebagai pelajar berambut
panjang. Itu hak kita. They have their
own way to make their own style, yag harus diperhatikan itu disiplin dalam
menekuni ilmu. Disekolah itu cari ilmu, bukan cari nilai. Banyak pelajar
sekarang yang lebih mentingin nilai daripada ilmu. Mereka melakukan berbagai
cara buat dapet nilai yang bagus. Gue bener-bener salut sama pelajar-pelajar di
luar negeri yang tidak memikirkan masalah rambut. Mau model kaya’ kuda poni
kek, gajah duduk kek, jembatan ancol kek, Eiffel tower kek, mereka tetap
disiplin dalam mencari ilmu dan menekuni ilmu. Don’t judge a book by the cover. Percuma donk penampilannya rapi
disekolah mirip Einstein, tapi sebenernya dia individualis, sombong, bangga
dengan nilai-nilainya. Ada nih temen gue yang pinternya sampe nyundul langit,
tapi sombongnya juga nyundul neraka. Setiap ditanya ranking berapa, dia selalu
jawab “ Biasanya gue ranking berapa”. Seolah-olah dia itu hebat sendiri. Banyak
yang akhirnya ngejauhin dia. Tapi apa yang guru selalu lihat dari dia adalah NILAINYA. Gue yakin ada banyak anak
yang gak terlalu pinter di akademik dan berkiprah di studi lain. Tampilan
mereka dari luar memang tidak meyakinkan, especially
rambut panjangnya. Tapi mereka sangat menekuni apa yang mereka suka. Berjiwa
sosial tinggi dan selalu inget kalau mereka hidup di dunia ini nggak sendirian,
alias mahluk sosialis erektus monkutus gondrongus. So, kesimpulannya adalah
“biarkan mereka menjadi diri mereka sendiri dengan gaya mereka sendiri, dukung
keinginannya, berikan wadah untuk bakat-bakatnya, dan hargai setiap karyanya”.
Sekian dan terima kasih, saya Arjuna, saya Hafidz, kita calon PEMIMPIN RUMAH TANGGA YANG BAIK.
No comments:
Post a Comment